BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 30 Oktober 2010

Perlu perjuangan extra

Perjalanan yang ku tempuh hingga saat ini belumlah perjalanan yang sesungguhnya.
Masih begitu banyak tantangan yang harus dihadapi
Perjalanan yang sarat dengan berbagai-bagai kemelut
Yang terkadang membuatku untuk berhenti melangkah
Berhenti untuk meraih semua inginku,
Semua impian yang telah tersimpan begitu rapi di benakku
Harus lebih banyak perjuangan untuk mengapainya.
Aku pasti bisa, pasti bisa…
Gak mau stuck sampai disini aja..

Egokah???

Mentari kembali terbit di ufuk timur. Secercah asa kembali muncul walaupun sebenarnya tampak mustahil. Kurajut kembali segala khayalan dan impian yang telah tersimpan sekian lama di lubuk hati. Dengan satu keyakinan “aku pasti bisa, aku pasti mampu”. Kata-kata itu tersimpan begitu rapi di otakku. Kubuka gorden kamar yang hampir usang, sepintas tampak olehku anak-anak kecil yang berlari pagi bersama dengan ayahnya. Begitu riangnya anak itu, lepas, penuh dengan ketulusan. Kebahagiaan seperti hanya miliknya semata. Aku melihat diriku di cermin. Sudah begitu lama aku tidak tertawa seperti anak kecil tadi. Hari-hariku dipenuhi dengan kekalutan, tak ada setitik kebahagiaanpun disana, memikirkan hal-hal yang terlalu ekstrim, kebimbangan dan keraguan selalu menghantui malam-malamku. Sehingga aku selalu melewati hari yang penuh kejenuhan, tiada semangat hidup. Pagi ini aku merenungkan semua hal yang sudah terjadi di hidupku. Banyak sudah orang-orang ataupun kerabat dekat yang telah meninggalkanku sendirian ketika mereka pikir aku bukanlah bagian dari kehidupan mereka, ataupun orang yang tidak cocok bergaul dengan mereka. Yeah…aku memang bukanlah orang yang gaul, trendy, lucu seperti yang mereka harapkan. Inilah aku pribadi yang hanya ingin dianggap dan dihargai disaat aku ada. Terkadang aku pikir, aku terlahir memang diciptakan untuk sendiri tapi ahhh, entahlah. Aku juga tidak mengerti.
Begitu ironis hidup yang kujalani ini. Tanpa ada sorangpun yang mencoba mengerti dan memahamiku. Mereka hanya datang dan ada ketika mereka butuh. Selepas itu mereka semua kembali menjauh dariku. Uuuh.. dunia ini terlalu egois untuk menjadi tempat berpijak orang sepertiku. Apakah salahku terhadap orang-orang itu??? Aku ingin lari dari semuanya dan benar-benar hidup sendiri, yang ada hanya aku dan Sang Pencipta. Egokah aku ketika aku ingin hidup sendirian??? Tanpa ada sesiapapun, termasuk teman??? Mungkin iya, aku menyadarinya. Tapi..kenapa semuanya seperti ini??? Kemanakah perginya orang-orang yang dulu begitu dekat denganku??? Terlalu cuekkah aku??? Terlalu sibukkah aku dengan diriku sendiri???
Seakan begitu banyak orang yang tidak menyukaiku sedemikian rupa, sehingga mereka semua pergi. Bahkan di keluargaku sendiripun( dari nyak_the writer), aku adalah seorang yang tertolak. Mereka selalu mencari kesalahanku dan kekuranganku. Mereka seakan berusaha untuk membuat orang-orang yang sayang samaku, membenciku. Aku tak pernah tau kesalahan apa yang telah kuperbuat terhadap mereka, sampai detik inipun pertanyaan itu belum terjawab. Didepanku mereka bersikap manis, tapi dibelakangku mereka begitu menusuk bak jarum kecil, perih. Aku hanya bisa diam dan diam tak berujung. Hanya bisa tersenyum getir mengingat hal itu. Kemunafikan mereka dihadapanku sungguh sangat mengecewakanku sebagai manusia yang lemah. Aku tak pernah menyangka bahwa masalah ini terus berkelanjutan hingga saat ini.
Dalam semua rutinitasku, tak ada kutemukan setitik kebahagiaan. Hati ini begitu kosong. Lalu perlahan, kulangkahkan kaki ini menapaki jalanan yang masih sepi. Mencoba tuk temukan seonggok kedamaian. Aku seperti orang bodoh pagi ini. Berjalan sendirian dengan kaki telanjang, hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Aku ingin berteriak sekuat tenaga. Tiba-tiba aaaaaaaaaaaaaaaghhhh……… akhirnya teriakan itu keluar juga, aku sendiri kaget. Kulihat keadaan sekelilingku, harap-harap cemas gak ada orang yang lalu-lalang. Kalau seandainya ada, mungkin saja mereka pikir bahwa aku adalah seorang yang kurang waras dan mengira aku seorang yang lagi stress berat. Berharap semuanya akan baik-baik saja.

kebahagiaan yang tertunda

            Ku duduk termangu di lobby Hotel Crowne Plaza Sudirman menatapi orang-orang yang lalu lalang yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Ku lirik jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 16.00 wib tapi orang yang ditunggu-tunggu belum muncul juga ke permukaan. Sudah 4 jam aku berada disini. Menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan buatku. Aku benci menunggu terlalu lama. Orang yang ga pernah on time adalah orang yang ga pernah menghargai waktu menurut pikiranku. Beberapa menit kemudian seorang receptionist hotel itu menyodorkan selembar kertas yang ditujukan padaku.
“Maaf banget, Vi.. Aku nggak bisa nemenin kamu shopping hari ini. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan dan nggak bisa ditinggalin. Ini masih meeting sama staff direksi. Maaf udah membuatmu menunggu terlalu lama. Tak seharusnya aku berbuat seperti ini. Kamu jalan sama teman-teman kamu aja ya, sayang. I love you so much”.
            Ku robek kertas itu dengan penuh kekesalan dan melihat ke keramaian jalan. “Uuhhh…benar-benar nggak masuk akal, kenapa aku bisa punya tunangan sesibuk dan secuek Rido. Aku butuh perhatian, cinta dan kasih sayang yang bisa menghapus semua rasa jenuh ini. Memang benar Rido punya segalanya termasuk harta tapi uang bukanlah segalanya. Ini nggak adil.”
            Aku sama sekali nggak butuh kekayaan. Aku masih punya banyak impian untuk diraih yang lebih berarti daripada uang. Seakan aku menyesali pertunangan yang sedemikian cepat ini. Rido yang sekarang bukanlah Rido yang dulu. Dia sudah menjadi orang yang super duper sibuk semenjak dia dipromosikan jadi staff direktur. Benar-benar menjenuhkan punya tunangan yang nggak pernah ada waktu buat jalan bareng.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Lebih baik menghabiskan waktu nonton film terbaru korea. Kebetulan film inheritance belum aku tonton.
“Yan, lo datang ke rumah dunk. Temenin gw nonton dunk di rumah. Gw lagi bĂȘte banget nih. No comment!!! Aku kasih waktu 10 menit buat jalan ke tempatku”. Kataku sedikit memaksa. Lalu segera ku tutup telepon genggamku. Aku yakin Yani pasti bakal datang secepatnya.
Sepuluh menit kemudian Yani akhirnya datang juga.
“Lo benar-benar sahabat gw yang paling ngertiin gw banget. Lo selalu ada buat gw saat gw butuhin. Thanks banget Yan, udah mau jadi sahabat gw. Lo emang baik, cantik, manis, pintar, pengertian, semuanya deh. Hehehe…”.  Kataku sambil meluk Yani.
“Nggak usah terlalu lebay gitu deh muji-muji gw. Gw juga nyadar koq kalo gw ntu emang bener-bener cantik nan imut. Jadi lo nggak usah bilangin kaya gitu lagi ke gw. Hahaha… “
“sekarang gini deh, lo kenapa mpe bĂȘte kaya gitu? Cerita dunk ke gw…” seperti biasa wajah Yani pasti sok imut.
“Gw keseeeeelll…sebellll setengah mampus..”
“Sama siapa, ayooo.. pasti sama Rido kan?”
“Iya, gw udah bela-belain nyamperin dia mpe ke sudirman malah gw dicuekin. Padahal minggu lalu udah janji mau jalan bareng. Harga diri gw makin turun nih karna sering nyamperin dia. Udah ditunggu berjam-jam, gw malah disuruh jalan sama teman-teman gw aja. Parah ga sih?? Coba deh lo bayangkan seandainya lo ada dipihak gw.. Pasti lo kesel juga kan?? Gw kecewa sama Rido. Dua bulan terakhir dia selalu batalin janji karna kesibukannya. Yang katanya ada meetinglah atau apalah itu. Gw juga nggak ngerti”. Tanpa ba-bi-bu semua kata-kata itu terlontar sedemikian rupa mewakili segenap rasa yang ada.
“Vi, bukannya gw sok nasehatin lo apa gimana ya. Tapi untuk sekarang ini coba lo ngerti posisi Rido di Crowne Plaza itu sebagai apa. Rido harus bertanggungjawab penuh dengan pekerjaannya. Lo berpikir positif aja deh sama dia”.
“Tapi Rido bener-bener masih sayang nggak sih sama gw?? Kenapa akhir-akhir ini dia udah berubah total?? Nelpon gw aja udah jarang. Jangankan nelpon, sms pun nggak. Coba lo pikir, tunangan seperti apa dia itu. Seharusnya dia ntu harus care sama gw”.
“Rido kan tunangan lo, jadi lo harus yakin kalo dia sayang banget sama lo. Jangan pesimis gitu dunk. Mungkin keadaanya aja yang udah berubah disbanding dengan waktu dia masih kuliah di Binus Internasional”

Continue…………….



Senin, 25 Oktober 2010

kebahagiaan

  Begitu banyak orang yang ingin merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sampai terkadang banyak orang yang salah jalan demi mendapatkan kebahagiaan itu. Sebenarnya kebahagiaan itu apa sih???

Apakah kita harus punya banyak uang?
Memiliki banyak teman?
Dipuja banyak orang?
Memiliki segalanya?
Ooohhh, ternyata tidak. Saya adalah seorang pribadi yang sangat gemar melihat, meneliti bahkan menilai kehidupan orang-orang di sekitar saya. Dari sekian banyak orang yang telah saya temukan, rata-rata dari antara mereka merasa kurang bahagia dalam menjalani kehidupannya. Dan hanya 20% dari mereka yang mencoba untuk menjalani hidup apa adanya tanpa merasa adanya tekanan, Saya juga merasa kurang begitu yakin apakah mereka bahagia dengan hidup yang mereka jalani itu. Selebihnya mereka merasakan kekosongan batin.
Dalam kurun waktu yang cukup lama, dari hari ke hari seiring dengan berjalannya waktu, saya mempelajari bahwa pada dasarnya kebahagiaan itu ditentukan oleh bagaimana cara kita berpikir dan cara kita menyikapi masalah. Kenapa saya bisa bilang begitu??
Dulu saya merasa begitu tertekan dengan lingkungan dimana saya tinggal, karena begitu banyak hal ataupun keterikatan yang tidak bisa saya terima. Saya merasa begitu terkekang. Padahal orang-orang disekitar saya banyak yang ingin memiliki kehidupan seperti saya. Mereka begitu banyak menyanjung-nyanjung saya walaupun sebenarnya saya sangat tidak menginginkan hal itu karena mereka pikir saya bahagia dengan hidup yang saya jalani itu. Padahal sebenarnya tidak ada sedikitpun kebahagiaan di hati saya. Saya selalu mempertanyakan kepada Tuhan kenapa hidup saya seperti ini dan seperti itu. Bahkan tidak jarang saya mempersalahkan jalan yang telah Tuhan berikan kepada saya untuk dijalani. Saya tidak pernah terima segala sesuatu yang saya terima dari sekitar saya. Banyak pujian yang terlontar yang sebenarnya tak pantas saya terima. Ingin lari dan berontak tapi saya tidak bisa melakukannya.
Hingga suatu saat saya terjatuh, saya semakin mempersalahkan segala sesuatunya. Dan memang pada saat itu saya tidak menemukan setitik kebahagiaan pun. Beberapa waktu keadaan saya begitu terpuruk. Saya merasa tidak ada seorangpun yang mempedlikan saya lagi, tidak ada seorangpun yang memperhatikan saya lagi.  Ingin teriak sekencang-kencangnya, tapi saya gak bisa. Saya pernah ingin mau MATI saja dengan cara melakukan hal konyol yang seringkali dilakukan oleh banyak orang ketika mengalami frustasi. Tapi saat itu Tuhan menegor saya, yang membuat saya tersadar dan terbangun dari keterpurukanku. Dan akhirnya saya kembali bangkit dan mulai mengubah pola pikir saya. Lambat laun saya semakin mengerti akan kehendak Tuhan dalam hidup saya. Kehidupan adalah sebuah anugrah terindah yang patut kita syukuri bukan untuk kita persalahkan.
 Jika kita berpikir bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan, maka sampai kapanpun kita tidak akan pernah bahagia. Tapi sebaliknya, jika kita pikir bahwa kita pasti bahagia maka kitapun pasti akan bersukacita selalu dan kita bisa berpikiran positif dalam menghadapi semua hal yang mungkin membuat kita menderita.
Setiap manusia pastilah mempunyai masalah dalam hidupnya. Entah itu masalah keluarga, pribadi, pekerjaan, study, pertemanan, dan lain sebagainya. Tapi coba kita hadapi saja semuanya itu dengan lapang dada. Semua masalah memuat kita lebih kuat menjalani hidup, membuat kita semakin naik ke level yang lebih tinggi. Banyak hal yang tidak bisa kita terima, tapi ayo kita belajar menerima hal-hal yang membuat kita semakin tertantang hingga suatu saat kita sadar begitu besar manfaat yang kita peroleh dari berbagai-bagai permasalahan itu.
Seberapa bahagiakah anda saat ini??? Apakah anda siap untuk tetap bersukacita meskipun banyak rintangan yang ada di depan anda?